Wednesday, May 16, 2007

Gerak Jalan Sehat

waduh, hari ini, hari kamis tepatnya tanggal 17 Mei 2007, saya ikutan gerak jalan sehat, yang diadain sama salah satu partai terbesar yang ada di Republik ini. Gerak jalannya mulai dari Gasibu, jalan Juanda, RE Martadinata, trus balik lagi ke Gasibu (depan gedung sate, udah pada tau kan yang namanya gedung sate??). Lumayan cape juga, sebab udah jarang olahraga, sekali dipake jalan jauh, udah pegel nih kaki, berat banget kayanya. Tapi asik koq, jalan bareng ama warga Bandung yang katanya waktu itu ada sekitar 35000 orang. Baru kali itu juga saya jalan kaki di tengah jalan kota Bandung (ternyata Bandung indah juga loh kalo ga banyak sampah yang numpuk, tampak asri). Suasananya udah kaya demo yang sering saya liat di TV. Banyak banget yang ikutan jalan, mulai dari bocah, remaja, bapa2, ibu2, aki2, nini2, semuanya tampak antusias sekali mengikuti gerak jalan itu. Ada yang membuat saya terharu ketika itu, kebanyakan orang yang ada disana memakai pakaian berwarna putih, sepanjang mata saya melihat ke depan, tampak seperti pasukan yang berbaris rapi, begitu juga barisan yang ada dibelakang saya (kayanya saya deh yang tinggi badannya paling ektrim, alias jangkung, hehehehe).

Waktu itu, saya ga bawa banyak duit, cuma bawa 7ribu di saku training saya. belum sempat sarapan, belum mandi juga, tapi udah sikat gigi koq, jadi ga bau2 amat, hehehehe. Uang yang ada dibelikan air minum dan sedikit makanan kecil yang hanya cukup untuk sekedar "mengganjal perut" yang sudah terasa lapar. waktu pun berlalu, setelah sampai keliling Bandung, sebagian besar peserta (didalamnya termasuk pastisipan partai) pandangannya menuju satu titik, yaitu panggung utama, ada apa gerangan? Ternyata, pada saat itu sedang di undi door prize. Woow, door prizenya ga tanggung2 man, heboh banget deh. Tapi kayanya saya bukan termasuk orang yang beruntung. Ga papalah, yang penting udah refreshing menghilangkan penat.

Selengkapnya.....

Tuesday, May 15, 2007

Kejujuran



Belum lama ini saya tertipu dengan seseorang yang berkunjung ke rumah saya. Orang tersebut menjajakan barang jualannya yaitu beberapa bungkus abate (serbuk untuk mencegah demam berdarah yang ditaburi pada kolam). Tanpa basa basi, dia langsung menyodorkan 20 bungkus abate tersebut kepada saya dan membujuk saya untuk membeli barang itu. sambil berbicara, penjual itu menyodorkan selembar kertas yang berisi tanda tangan seorang pejabat pemerintah dan sebuah cap, di sana terdapat keterangan harga dari abate itu. Saya tidak berfikir panjang dan kemudian membelinya, hanya sedikit basa basi pada penjual itu. Beberapa saat kemudian saya tersadar bahwa sebenarnya abate tersebut gratis untuk dibagikan pada warga oleh pemerintah. Ternyata ada saja oknum yang memanfaatkannya untuk dijadikan ajang komersialisasi. Ada apa dibalik itu semua?

Kita tahu bahwa hal di atas menunjukkan adanya perilaku yang menyimpang, yaitu perilaku tidak jujur. seharusnya dibagikan secara gratis, eh malah dijual. Kalo ditelaah lebih jauh lagi, kenapa bisa seperti itu?, siapa yang salah?, bagaimana untuk bisa mengurangi hal seperti itu lagi?...kalo yang saya amati, untuk penanggulangan demam berdarah, pemerintah telah berinisiatif untuk membagikan serbuk abate untuk warga. Untuk mencapai tujuan itu, pemerintah memerintahkan orang yang ingin membagikannya (saya yakin ada support financial untuk orang tersebut sebagai bentuk penghargaan), dan menurut saya orang itu adalah orang yang jujur karena dia melaksanakan apa yang harus dilaksanakannya, yaitu membagikan serbuk abate. Yang perlu di pelajari adalah bahwa dia memegang selembar kertas yang dilaminasi, di dalamnya ada tanda tangan dan cap, di dalamnya pula ada kop surat yang menunjukkan suatu lembaga pemerintahan. Isi dari surat itu adalah bahwa warga diharuskan membeli abate dengan harga yang ditetapkan pada lembaran itu. Pertanyaannya adalah, apakah selembar kertas tersebut asli atau hanya rekayasa orang tersebut? Jika rekayasa, maka orang itu sudah bertindak tidak jujur dan tidak patuh pada pemerintah, dan orang itu telah melanggar. Jika melanggar, apa yang melatarbelakangi dia untuk berbuat pelanggaran? mungkin saja upah yang diberikan sangat minim, sehingga dia berfikir bahwa apa yang dilakukannya tidak sebanding dengan apa yang didapatkan nya dalam bentuk materi. dan dia bertindak bagaimana abate tersebut dapat menghasilkan uang, tentu dengan menjualnya (tidak hanya sekedar membagikannya). Jika memang lembaran itu asli, maka dapat dikatakan bahwa terdapat oknum "orang dalam" yang memanfaatkan program pembagian abate untuk menghasilkan uang.

Kita tidak tahu siapa yang salah, mungkin saja orang yang mengedarkan abate itu tahu kalau sebenarnya abate itu gratis, mungkin dia ingin "berontak" (brusaha untuk jujur) dan mengatakan kepada lembaga pemerintah tersebut, bahwa apa yang dilakukan oleh lembaga pemerintah itu adalah salah, tapi ternyata ga bisa. Atau memang mental orang itu yang dipikirannya "menghalalkan" segala untuk mendapatkan uang. Jika itu yang terjadi, ini adalah tanggung jawab kita bersama untuk membangun budaya masyarakat yang jujur dan bertanggung jawab.

"jangan berbohong lagi, itu sangat menyakitkan bagi orang banyak, dan ada pertanggungjawabannya kelak"


Selengkapnya.....